Buscar

Páginas

Pengambilan Keputusan

Yang dimaksud dengan keputusan (decision) adalah berarti pilihan (choice), yaitu pilihan dari dua atau lebih kemungkinan. Walaupun keputusan biasa dikatakan sama dengan pilihan, ada perbedaan penting diantara keduanya. Mc Kenzei melihat bahwa keputusan adalah pilihan nyata karena pilihan diartikan sebagai pilihan tentang tujuan termasuk pilihan tentang cara untuk mencapai tujuan itu, apakah pada tingkat perorangan atau kolektif. Mc Grew dan Wilson lebih melihat pada kaitannya dengan proses, yaitu bahwa suatu keputusan ialah akhir dari suatu proses yang lebih dinamis, yang diberi label pengambilan keputusan. Dipandang sebagai proses karena terdiri atas satu seri aktifitas yang berkaitan dan tidak hanya dianggap sebagai tindakan bijaksana. Morgan dan Cerullo mendefinisikan keputusan sebagai sebuah kesimpulan yang dicapai sesudah dilakukan pertimbangan, yang terjadi setelah satu kemungkinan dipilih sementara yang lain dikesampingkan. Pengambilan keputusan adalah proses memilih suatu alternatif cara bertindak dengan metode yang efisien sesuai situasi. Proses tersebut untuk menemukan dan menyelesaikan masalah organisasi. Suatu aturan kunci dalam pengambilan keputusan ialah sekali kerangka yang tepat sudah diselesaikan, keputusan harus dibuat (Brinckloe,1977). Dengan kata lain, keputusan mempercepat diambilnya tindakan, mendorong lahirnya gerakan dan perubahan (Hill,1979). Pengambilan keputusan hendaknya dipahami dalam dua pengertian yaitu (1) penetapan tujuan yang merupakan terjemahan cita-cita, aspirasi dan (2) pencapaian tujuan melalui implementasinya (Inbar,1979). Ringkasnya keputusan dibuat untuk mencapai tujuan melalui pelaksanaan dan ini semua berintikan pada hubungan kemanusiaan. Untuk suksesnya pengambilan keputusan itu maka sepuluh hukum hubungan kemanusiaan (Siagian,1988) hendaknya menjadi acuan dari setiap pengambilan keputusan. A. Proses Pengambilan Keputusan Ada dua pandangan dalam pencapaian proses mencapai suatu keputusan organisasi (Brinckloe,1977) yaitu : (1) Optimasi. Di sini seorang eksekutif yang penuh keyakinan berusaha menyusun alternatif-alternatif, memperhitungkan untung rugi dari setiap alternatif itu terhadap tujuan organisasi. Sesudah itu memperkirakan kemungkinan timbulnya bermacam-macam kejadian ke depan, mempertimbangkan dampak dari kejadian-kejadian itu terhadap alternatif-alternatif yang telah dirumuskan dan kemudian menyusun urut-urutannya secara sistematis sesuai dengan prioritas lalu dibuat keputusan. Keputusan yang dibuat dianggap optimal karena setidaknya telah memperhitungkan semua faktor yang berkaitan dengan keputusan tersebut. (2) Satisficing. Seorang eksekutif cukup menempuh suatu penyelesaian yang berasal memuaskan ketimbang mengejar penyelesaian yang terbaik. Model satisficing dikembangkan oleh Simon (Simon,1982; roach, 1979) karena adanya pengakuan terhadap rasionalitas terbatas (bounded rationality). Rasionalitas terbatas adalah batas-batas pemikiran yang memaksa orang membatasi pandangan mereka atas masalah dan situasi. Pemikiran itu terbatas karena pikiran manusia tidak megolakan dan memiliki kemampuan untuk memisahkan informasi yang tertumpuk. Menurut Frank Harison (Hitt, 1970), faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya rasionalitas terbatas antara lain informasi yang datang dari luar sering sangat kompetitif atau informasi itu tidak sempurna, kendala waktu dan biaya, serta keterbatasan seorang mengambil keputusan yang rasional untuk mengerti dan memahami masalah dan informasi, terutama informasi dan teknologi. B. Unsur Prosedur Keputusan Di balik suatu keputusan ada unsur prosedur, yaitu pertama pembuatan keputusan mengidentifikasikan masalah, mengklarifikasi tujuan-tujuan khusus yang diinginkan, memeriksa berbagai kemungkinan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan mengakhiri proses itu dengan menetapkan pilihan bertindak. Jadi suatu keputusan sebenarnya didasarkan atas fakta dan nilai (facts and values). Keduanya sangat penting tetapi tampaknya fakta lebih mendominasi nilai-nilai dalam menyehatkan keputusan suatu organisasi (Bridges, 1971). C. Alternatif dan Konsekuensi Keputusan Dapat dikatakan bahwa setiap keputusan bertolak dari beberapa kemungkinan atau alternatif untuk dipilih. Setiap alternatif membawa konsekuensi-konsekuensi. Ini berarti, menurut Simon, sejumlah alternatif itu berbeda satu sama lain mengingat perbedaan dari konsekuensi-konsekuensi yang akan ditimbulkannya. Pilihan yang dijatuhkan pada alternatif itu harus dapat memberikan kebahagiaan atau kepuasan karena merupakan salah satu aspek paling penting dalam keputusan. D. Tingkat-Tingkat Keputusan Brinckloe (1977) menawarkan bahwa ada empat tingkat keputusan yaitu (1) automatic decisions, (2) expected information decisions, (3) factor weighting decisions dan (4) dual uncertainty decisions. (1) Keputusan otomatis (outomatic decisions), keputusan yang dibuat dengan sangat sederhana, meski sederhana informasi tetap diperlukan. (2) Keputusan berdasar informasi yang diharapkan (Expected information decision), tingkat informasi mulai sedikit kompleks artinya informasi yang ada sudah memberi aba-aba untuk mengambil keputusan. Tetapi keputusan belum segera diambil karena informasi tersebut perlu dipelajari. (3) Keputusan berdasar berbagai pertimbangan (factor weighting decisions), informasi-informasi yang telah dikumpulkan dianalisis, lalu dipertimbangkan dan diperhitungkan sebelum keputusan diambil. (4) Keputusan berdasar ketidakpastian ganda (Dual uncertainty decisions), dalam setiap informasi yang ada masih diharapkan terdapat ketidakpastian artinya semakin luas ruang lingkup dan semakin jauh dampak dari suatu keputusan, semakin banyak informasi yang dibutuhkan semakin tinggi ketidakpastian itu. E. Klasifikasi Keputusan 1. Keputusan Terprogram. Menurut Siagian, S.P. (1993), Keputusan Terprogram adalah tindakan menjatuhkan pilihan yang berlangsung berulang kali, dan diambil secara rutin dam organisasi. Biasanya menyangkut pemecahan masalah-masalah yang sifatnya teknis serta tidak memerlukan pengarahan dari tingkat manajemen yang lebih tinggi. Biasanya langkah-langkah dan prosedur yang perlu ditempuh telah dituangkan dalam buku pedoman, yang biasanya terdapat dalam organisasi yang dikelola secara rapi. Pengambilan keputusan terprogram akan berlangsung dengan efektif apabila empat criteria dasar dipenuhi : a. Tersedia waktu dan dana yang memadai untuk pengumpulan dan analisis data. b. Tersedia data yang bersifat kuantitatif. c. Kondisi lingkungan yang relatif stabil, yang didalamnya tidak dapat tekanan yang kuat untuk secara cepat melakukan penyesuaian-penyesuaian tertentu terhadap kondisi yang selalu berubah. d. Tersedia tenaga trampil untuk merumuskan permasalahan secara tepat, termasuk tuntutan operasional yang harus dipenuhi. Sedangkan dalam Salusu menyebutkan bahwa keputusan terprogram yang dibuat sebagai respon terhadap masalah-masalah organisasi yang repetitif atau yang sudah baku, mencakup keputusan operasional dan keputusan pada tingkat menengah dari Morgan dan Cerello, keputusan operasinal dan taktis dari Sutherland serta dari Mangkusubroto dan Trisnadi dan keputusan terstruktur dari Mintzberg dan Brinckloe; 2. Keputusan yang tidak Terprogram. Biasanya diambil dalam usaha memecahkan masalah-masalah baru yang belum pernah dialami sebelumnya, tidak bersifat repetitif (berulang-ulang), tidak terstruktur, dan sukar mengenali bentuk, hakikat dan dampaknya. Sebagai akibat keadaan demikian, para ahli belum mampu menyajikan teknik pemecahan yang sudah terbukti efektif di masa lalu, baik karena sifatnya yang baru itu maupun karena sukar untuk mendefinisikan hakikatnya secara tepat. Keputusan yang tidak Terprogram tidak menyangkut hal-hal yang sifatnya operasional, akan tetapi menyangkut kebijaksanaan organisasi dengan dampak yang strategis bagi eksistensi organisasi. (Siagian, S.P.; 1993), Keputusan Terprogram Sedangkan dalam Salusu menyebutkan bahwa keputusan tidak terprogram, dibuat sebagai respon dari masalah-masalah unik, yang jarang dijumpai dan yang tidak dapat didefinisikan secara tepat, keputusan ini biasanya dikenal dengan nama keputusan strategik, meliputi keputusan strategik dari Morgan dan Cerello, Mangkusubroto dan Trisnadi, keputusan strategik dan tujuan (goal) Sutherland, serta keputusan tidak terstruktur dari Mintzberg dan Brinckloe. Dari segi struktur keputusan tertinggi adalah yang berhubungan dengan cita-cita, tujuan, menyusul keputusan strategik lalu keputusan taktis dan yang paling bawah adalah keputusan operasional. Keputusan tertinggi hanya dibuat satu atau dua kali makin ke bawah tingkat keputusan makin tinggi frekuensi pembuatannya. F. Kategori Keputusan Ditinjau dari sudut perolehan informasi dan cara memproses informasi, keputusan dibagi empat kategori (Nutt, 1989) : 1. Keputusan Representasi, pengambilan keputusan menghadapi informasi yang cukup banyak dan mengetahui dengan tepat bagaimana memanipulasikan data tersebut. Keputusan ini banyak menggunakan model-model matematik seperti operation research, cost-benefit analysis dan simulasi. 2. Keputusan Empiris, suatu keputusan yang sedikit informasi tetapi memiliki cara yang jelas untuk memproses informasi pada saat informasi itu diperoleh. 3. Keputusan Informasi, suatu situasi yang banyak informasi tetapi meliputi kontroversi tentang bagaimana memproses informasi tersebut. 4. Keputusan Eksplorasi, suatu situasi yang sedikit informasi dan tidak ada kata sepakat tentang cara yang hendak dianut untuk memulai mencari informasi. G. Proses Pengambilan Keputusan : 1. Pendekatan yang interdisipliner. Proses pengambilan keputusan tidak bisa dilihat sebagai suatu tindakan tunggal dan tidak sebagai suatu tindakan yang Seragam yang berlaku untuk semua keadaan serta dapat digunakan oleh pengambil keputusan yang berbeda dengan tingkat efektifitas yang sama. Proses pengambilan keputusan terdiri dari berbagai ragam keterampilan dan pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman dalam kehidupan berorganisasi. 2. Proses yang sistematis. Suatu proses logis yang melibatkan pengambilan langkah-langkah secara berturut atau sekuensial dengan merinci proses tersebut menjadi bagian-bagian yang lebih kecil (pendekatan atomik). Pendapat lain mengatakan proses pengambilan keputusan menyangkut dengan naluri, daya pikir, dan serangkaian metode intuitif yang keseluruhannya dirangkum yang menjadi suatu kreatifitas (pendekatan holistik). 3. Proses berdasarkan informasi. Pengambilan keputusan tanpa informasi berarti menghilangkan kesempatan belajar secara adaptif. Seorang manajer harus memiliki pengetahuan yang memadai tentang Informatika untuk pengambilan keputusan yang efektif serta harus menuntut agar tersedia baginya informasi yang memenuhi persyaratan kemutakhiran, kelengkapan, dapat dipercaya dan disajikan dalam bentuk yang tepat. 4. Memperhitungkan faktor-faktor ketidakpastian. Betapa pun telitinya perkiraan keadaan, dalamnya kajian terhadap berbagai alternatif, tetap tidak ada jaminan bebas dari resiko ketidakpastian. Untuk itu pengambilan keputusan harus dapat Memperhitungkan probabilitas (kemungkinan) keberhasilan atau kekurang-berhasilan pelaksanaan suatu keputusan. 5. Diarahkan pada tindakan nyata. Mengambil suatu tindakan harus dapat ditentukan secara pasti, kapan pemecahan berakhir dan proses pengambilan keputusan dimulai. Masalah dan sasaran sering mempunyai siklus pertumbuhan dan penyusutan, demikian juga faktor-faktor yang mempengaruhi. Hal tersebut harus dikenali secara tepat karena akan sangat mempengaruhi keputusan untuk bertindak atau tidak bertindak. H. Teknik Pengambilan Keputusan Pengambilan keputusan meliputi antara lain hal-hal yang berhubungan dengan pengumpulan fakta. Teknik pengambilan keputusan dalam klasifikasi ada dua yaitu teknik tradisional dan teknik modern. Teknik pengambil keputusan juga sering dibagi dalam teknik pengambilan keputusan matematik atau kuantitatif (Heenan dan Addleman, 1976;Robbins, 1978) dan teknik pengambil keputusan non-matematik atau kualitatif (Moody, 1983). Teknik matematik biasa diberi nama multivariate analysis (analisis variabel ganda atau analisis berdimensi ganda). Teknik non-matematik, yang lebih sering digunakan untuk keputusan strategik antara lain sumbang saran, consensus, Delphi, fish bowling, interaksi didaktik, tawar- menawar kolektif. I. Pendekatan terhadap Pengambil Keputusan Berbagai model tentang pendekatan terhadap pengambilan keputusan telah diperkenalkan oleh para ahli teori pengambilan keputusan, diantaranya adalah : 1. Model Brinckloe (1977) Keputusan yang menggunakan pendekatan (i) Fakta, secara sistematis akan mengumpulkan semua fakta mengenai masalah dan hasilnya ialah kemungkinan keputusan akan lahir dengan sendirinya; (ii) Pengalaman, seseorang yang sudah memiliki pengalaman tentu lebih matang dalam membuat keputusan daripada seorang yang sama sekali belum mempunyai pengalaman apa-apa namun perlu diperhatikan bahwa peristiwa-peristiwa yang lampau tidak akan pernah sama dengan pada saat ini;(iii) Intuisi, tidak jarang keputusan yang diambil berdasarkan intuisi dikarenakan kurang mengadakan analisis yang terkendali maka perhatian hanya ditujukan pada beberapa fakta; (iv) Logika, pengambilan keputusan yang berdasar logika ialah suatu studi yang rasional terhadap semua unsur pada setiap sisi dalam proses pengambilan keputusan; (v) Analisis Sistem, kecanggihan dari komputer telah merangsang banyak orang untuk mengambil keputusan secara kuantitatif. 2. Model McGrew (1985) McGrew hanya melihat adanya tiga pendekatan yaitu proses pengambilan keputusan rasional, model proses organisasional dan model tawar-menawar politik (political bargaining model) yaitu (i) Pendekatan proses pengambilan keputusan rasional memberi perhatian utama pada hubungan antara keputusan dengan tujuan dan sasaran dari pengambilan keputusan; (ii) Model proses organisasional menangani masalah yang jelas tampak perbedaannya antara pengambil keputusan individu dan organisasi; (iii) Model tawar-menawar politik melihat kedua pendekatan itu mengatakan bahwa pengambilan keputusan kolektif sesungguhnya dilaksanakan melalui tawar-menawar namun hasil akhir keputusan itu sesungguhnya tergantung pada proses memberi dan menerima di antara individu dalam kelompok tersebut. J. Teknik-teknik Pengambilan Keputusan. (Siagian, S.P. (25-26;1993). 1. Brainstorming Jika sekelompok orang dalam suatu organisasi menghadapi suatu situasi problematic yang tidak terlalu rumit, dan dapat diidentifikasikan secara spesifik mereka mengadakan diskusi dimana setiap orang yang terlibat diharapkan turut serta memberikan pandangannya. Pada akhir diskusi berbagai pandangan yang dikemukakan dirangkum, sehingga kelompok mencapai suatu kesepakatan tentang cara-cara yang hendak ditempuh dalam mengatasi situasi problematic yang dihadapi. Penting diperhatikan dalam teknik ini yaitu : a. Gagasan yang aneh dan tidak masuk akal sekalipun dicatat secara teliti. b. Mengemukakan sebanyak mungkin pendapat dan gagasan karena kuantitas pandanganlah yang lebih diutamakan meskipun aspek kualitas tidak diabaikan. c. Pemimpin diskusi diharapkan tidak melakukan penilaian atas sesuatu pendapat atau gagasan yang dilontarkan, dan peserta lain diharapkan tidak menilai pendapat atau gagasan anggota kelompok lainnya. d. Para peserta diharapkan dapat memberikan sanggahan pendapat atau gagasan yang telah dikemukakan oleh orang lain. e. Semua pendapat atau gagasan yang dikemukakan kemudian dibahas hingga kelompok tiba pada suatu sintesis pendapat yang kemudian dituangkan dalam bentuk keputusan. 2.Synetics Seorang diantara anggota kelompok peserta bertindak selaku pimpinan diskusi. Diantara para peserta ada seorang ahli dalam teori ilmiah pengambilan keputusan. Apakah ahli itu anggota organisasi atau tidak, tidak dipersoalkan. Pimpinan mengajak para peserta untuk mempelajari suatu situasi problematik secara menyeluruh. Kemudian masing-masing anggota kelompok mengetengahkan daya pikir kreatifnya tentang cara yang dipandang tepat untuk ditempuh. Selanjutnya pimpinan diskusi memilih hasil-hasil pemikiran tertentu yang dipandang bermanfaat dalam pemecahan masalah. Dan tenaga ahli menilai melakukan penilaian atas berbagai gagasan emosional dan tidak rasional yang telah disaring oleh pimpinan diskusi serta kemudian menggabungkannya dengan salah satu teori ilmiah pengambilan keputusan dan tindakan pelaksanaan yang diambil. 3. Consensus thinking Orang-orang yang terlibat dalam pemecahan masalah harus sepakat tentang hakikat, batasan dan dampak suatu situasi problematik yang dihadapi, sepakat pula tentang teknik dan model yang hendak digunakan untuk mengatasinya. Teknik ini efektif bila beberapa orang memiliki pengetahuan yang sejenis tentang permasalahan yang dihadapi dan tentang teknik pemecahan yang seyogyanya digunakan. Orang-orang diharapkan mengikuti suatu prosedur yang telah ditentukan sebelumnya. Kelompok biasanya melakukan uji coba terhadap langkah yang hendak ditempuh pada skala yang lebih kecil dari situasi problematik yang sebenarnya. 4. Delphi Umumnya digunakan untuk mengambil keputusan meramal masa depan yang diperhitungkan akan dihadapi organisasi. Teknik ini sangat sesuai untuk kelompok pengambil keputusan yang tidak berada di satu tempat. Pengambil keputusan menysun serangkaian pertanyaan yang berkaitan dengan suatu situasi peramalan dan menyampaikannya kepada sekelompok ahli. Para ahli tersebut ditugaskan untuk meramalkan, apakah suatu peristiwa dapat atau mungkin terjadi atau tidak. Jawaban dari anggota kelompok tadi dikumpulkan dan masing-masing anggota ahli mempelajari ramalan yang dibuat oleh masing-masing rekannya yang tidak pernah ditemuinya. Pada kesempatan berikutnya, rangkaian pertanyaan yang sama dikembalikan kepada para anggota kelompok dengan melampirkan jawaban yang telah diberikan oleh para anggota kelompok pada putaran pertama serta hal-hal yang dipandang sudah merupakan kesepakatan kelompok. Apabila pendapat seseorang ahli berbeda maka memberikan penjelasannya secara tertulis. Tiap-tiap jawaban diberikan kode tertentu sehingga tidak diketahui siapa yang memberikan jawaban. Jawaban tersebut di atas dilakukan dengan beberapa putaran. Pengedaran daftar pertanyaan dan analisa oleh beberapa ahli dihentikan apabila telah diperoleh bahan tentang ramalan kemungkinan terjadi sesuatu peristiwa di masa depan. 5. Fish bowling Sekelompok pengambil keputusan duduk pada suatu lingkaran, dan di tengah lingkaran ditaruh sebuah kursi. Seseorang duduk di kursi tersebut hanya dialah yang boleh bicara untuk mengemukakan pendapat ide dan gagasan tentang suatu permasalahan. Para anggota lain mengajukan pertanyaan, pandangan dan pendapat. Apabila pandangan orang yang duduk di tengah tersebut telah dipahami oleh semua anggota kelompok dia meninggalkan kursi dan digantikan oleh orang yang lain untuk kesempatan yang sama. Setelah itu semua pandangan didiskusikan sampai ditemukan cara yang dipandang paling tepat. 6. Didactic interaction Digunakan untuk suatu situasi yang memerlukan jawaban “ya” atau “tidak”. Dibentuk dua kelompok, dengan satu kelompok mengemukakan pendapat yang bermuara pada jawaban “ya” dan kelompok lainnya pada jawaban “tidak”. Semua ide yang dikemukakan baik pro maupun kontra dicatat dengan teliti. Kemudian kedua kelompok bertemu dan mendiskusikan hasil catatan yang telah dibuat. Pada tahap berikutnya terjadi pertukaran tempat. Kelompok yang tadinya mengemukakan pandangan pro beralih memainkan peranan dengan pandangan kontra. 7. Collective bargaining Dua pihak yang mempunyai pandangan berbeda bahkan bertolak belakang atas suatu masalah duduk di satu meja dengan saling menghadap. Masing-masing pihak datang dengan satu daftar keinginan atau tuntutan dengan didukung oleh berbagai data, informasi dan alasan-alasan yang diperhitungkan dapat memperkuat posisinya dalam proses tawar-menawar yang terjadi. Jika pada akhirnya ditemukan bahwa dukungan data dan informasi serta alasan-alasan yang dikemukakan oleh kedua belah pihak mempunyai persamaan, maka tidak terlalu sukar untuk mencapai kesepakatan. Tetapi sebaliknya, pertemuan berakhir tanpa hasil yang kemudian sering diikuti dengan timbulnya masalah yang lebih besar. K. Metode Pengambil Keputusan Gortner (1987) lebih cenderung menganalisis pengambilan keputusan dari sudut metode. Ada empat metode pengambilan keputusan yang dianggap lazim dipergunakan dalam pengambilan keputusan organisasional. Metode pertama adalah metode rasional yang disebut juga model rasional. Ini adalah metode klasik yang secara implicit mencakup model birokratik dari pengambilan keputusan. Metode kedua, adalah metode tawar-menawar incremental (incremental-bargaining) yang dipandang sebagai model paling dasar aktifitas politik, yaitu penyelesaian konflik melalui negosiasi. Karakteristik dari incremental ialah bahwa keputusan tentang suatu kebijakan terjadi dalam bentuk langkah-langkah kecil karenanya tidak terlalu jauh dari status quo. Metode ketiga yang disebut metode agregatif (aggregative methods) mencakup antara lain teknik Delphi dan teknik-teknik pengambilan keputusan yang berkaitan. Konsensus dan peran serta merupakan karakteristik utama dari metode agregatif. Metode keempat adalah metode keranjang sampah (the garbage-can) atau nondecision-making model yang dikembangkan oleh March dan Olsen (1979). Model keranjang sampah menolak model rasional bahkan rasional-inkremental yang sederhana sekalipun. Ia lebih tertarik pada karakter yang ditampilkan dalam keputusan, pada isu yang bermacam-macam dari peserta pengambil keputusan dan masalah-masalah yang timbul pada saat itu. Sering kali keputusan yang diambil tidak direncanakan sebagai akibat dari perdebatan dalam kelompok. L. Teori-Teori Pengambilan Keputusan Sehubungan dengan pendekatan yang telah diutarakan, lahirlah berbagai aliran yang menampilkan teori-teori pengambilan keputusan yang berbeda (Brinckloe, 1977) yaitu : 1. Aliran Birokratik (Bureaucratic School) Teori ini memberi tekanan yang cukup besar pada arus dan jalannya pekerjaan dalam struktur organisasi. Tugas dari eselon bawah ialah melaporkan masalah, memberi informasi, menyiapkan fakta dan keterangan-keterangan lain kepada atasannya. Dengan segala pengetahuan, keterampilan dan kemampuannya, atasan membuat keputusan setelah mempelajari semua informasi. 2.Aliran Manajemen Saintifik (Scientific Management School) Teori ini menekankan pada pandangan bahwa tugas-tugas itu dapat dijabarkan ke dalam elemen-elemen logis, yang dapat digambarkan secara saintifik. Sementara manajemen sendiri memiliki kemampuan untuk menganalisis dan menyelesaikan suatu masalah. 3. Aliran Hubungan Kemanusiaan (Human Relations School) Teori ini menganggap bahwa organisasi dapat berbuat lebih baik apabila lebih banyak perhatian yang diberikan kepada manusia dalam organisasi, seperti yang menimbulkan kepuasan kerja, peran serta dalam pengambilan keputusan, memberlakukan organisasi sebagai suatu kelompok social yang mempunyai tujuan. Selain itu kebutuhan dan keinginan anggota selalu dipertimbangkan dalam membuat keputusan. 4. Aliran Rasionalitas Ekonomi (Economic Rasionality School) Teori ini mengakui bahwa organisasi adalah suatu unit ekonomi yang mengkonversikan masukan (input) menjadi keluaran (output) dan yang harus dilakukan dengan cara yang paling efisien. Menurut aliran ini suatu langkah kebijakan akan terus berlangsung sepanjang itu mempunyai nilai yang lebih tinggi daripada biayanya. 5. Aliran Satisfacing Aliran ini tidak mengharapkan suatu keputusan yang sempurna. Aliran ini yakin bahwa para manajer yang selalu dipenuhi berbagai masalah mampu membuat keputusan yang rasional. 6. Aliran Analisis Sistem Aliran ini percaya bahwa tiap masalah berada dalam suatu system yang terdiri dari berbagai sub sistem yang keseluruhannya merupakan satu kesatuan. M. Pengambilan Keputusan Birokratik Keputusan rutin adalah keputusan terprogram, keputusan repetitive, keputusan yang berulang-ulang dibuat. Disebut keputusan repetitive karena berbagai peraturan dan prosedur sebagai dasar untuk membuat keputusan telah dilembagakan. Peraturan dan prosedur semacam ini banyak dijumpai dikalangan birokrasi. Ada yang mengatakan bahwa sesungguhnya keputusan-keputusan dikalangan birokrasi telah dirutinkan sehingga dapat dikatakan bahwa keputusan rutin sama dengan keputusan birokratik (Inbar, 1979). Dalam pengambilan keputusan birokratik selalu bertindak tidak memihak tetapi juga tidak responsive bahkan soulless, tidak punya jiwa pendeknya seperti organisasi robot dalam banyak hal. Pengaruh yang terutama memegang peranan dalam pengambilan keputusan birokratik ialah tekanan politik dan pengaruh elit. N. Penyelesaian Masalah dan Pengambilan Keputusan Sering kali orang sulit membedakan antara penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan. Bila dilihat dari sudut prosesnya sulit dibedakan karena keduanya menggunakan langkah-langkah proses yang mirip. Perbedaan diantara keduanya terletak pada hasilnya. Penyelesaian masalah adalah pemikiran yang akhirnya bermuara pada hasil berupa penyelesaian kesenjangan antara performance yang diinginkan dan performance yang menjadi kenyataan. Sering juga disebut perbedaan antara das sollen dan das sein. Dalam istilah Downs (Nutt, 1989), perbedaan antara kenyataan yang ada dan kenyataan yang diinginkan disebut kesenjangan kinerja (performance gap). Lain halnya dengan pengambilan keputusan karena dalam hal ini pengambilan keputusan adalah pemikiran yang menghasilkan pilihan dari berbagai alternatif yang ada. Sebaliknya, pilihan itu terjadi dalam proses penyelesaian masalah karena dalam menyelesaikan suatu masalah, setiap langkah yang ditempuh mencakup aspek pengambilan keputusan. O. Ciri-ciri Keputusan Strategik (Nisjar, Karhi dan Winardi ; 1997) : 1. Keputusan-keputusan strategik pada umumnya berkaitan dengan skope dari aktifitas sesuatu organisasi. Timbullah pertanyaan di sini: “Apakah kirannya organisasi yang bersangkutan memusatkan perhatiannya pada satu bidang aktifitas saja, ataukah perlu ia memiliki aneka macam bidang aktifitas?” 2. Strategi berkaitan dengan upaya menyesuaikan (MATCHING) aktifitas-aktifitas organisasi dengan lingkungan di mana ia beroperasi. Misalnya persaingan luar negeri merupakan salah satu perubahan lingkungan yang dapat mempengaruhi sesuatu organisasi. 3. Strategi juga berhubungan dengan tindakan dan upaya menyesuaikan aktifitas-aktifitas organisasi yang bersangkutan dengan kemampuan sumberdayanya. Strategi bukan hanya sekedar menghadapi ancaman lingkungan dan memanfaatkan peluang karena lingkungan, tetapi juga berkaitan dengan upaya menyesuaikan sumber-sumber daya keorganisasian dengan ancaman dan peluang tersebut.. 4. Keputusan-keputusan strategik sering kali menimbulkan implikasi-implikasi serius terhadap sumber daya sesuatu organisasi. Misalnya perusahaan-perusahaan mobil sudah banyak menggunakan tenaga robot agar mereka tetap dapat bertahan dalam persaingan mobil. 5. Keputusan-keputusan strategik besar kemungkinan mempengaruhi keputusan-keputusan operasional. 6. strategi suatu organisasi bukan saja akan dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan lingkungan, dan ketersediaan sumber-sumber daya, tetapi akan dipengaruhi oleh nilai-nilai dan harapan-harapan pihak yang memiliki kekuasaan dalam organisasi yang bersangkutan. 7.Keputusan-keputusan strategik kirannya akan mempengaruhi arah jangka panjang suatu organisasi. 8. Keputusan-keputusan strategik sering kali bersifat kompleks. Kompleksitas itu terjadi karena adanya : a. Keputusan-keputusan strategik biasanya mencakup ketidakpastian tingkat tinggi. Mungkin di dalamnya termasuk keputusan tentang landasan pandangan-pandangan sehubungan dengan masa yang akan datang yang tak mungkin diketahui secara pasti oleh manajer. b. Keputusan-keputusan strategik, kirannya menuntut adanya suatu pendekatan yang terintegrasi guna memanajemen organisasi yang bersangkutan. c. Keputusan-keputusan strategik, biasanya menyebabkan timbulnya dampak berupa perubahan besar pada organisasi-organisasi.

Kusasi Community




Tuhan murah hati Selalu Memberi. Pagi ini indah, seperti juga Kemarin murah esok. Syukur Kepada Allah!

Kemarin adalah memori. Hari ini adalah hadiah. Besok adalah Hope. Mari kita mulai Tahun Baru 2012 dengan iman, kasih, perdamaian dan harapan baru. GBU

Selamat Tahun Baru 2012. Semoga tahun baru ini membawa kita semangat baru untuk mencapai semua impian Anda, kesehatan yang baik dan kebahagiaan selamanya ...

Selamat Tahun Baru 2012, sebuah awal baru untuk kehidupan yang lebih baik. GBU melimpah!

Tidak ada penyesalan tentang masa lalu ...
Tidak takut tentang masa depan ...
Baru harapan & impian pada tahun 2012 ...
Bersyukur kepada Allah atas berkat-Nya pada tahun 2012 ...
Selamat Tahun Baru!

Hanya HATI terbuka menerima CINTA
hanya PIKIRAN terbuka menerima KEBIJAKSANAAN
hanya TANGAN terbuka menerima HADIAH
dan ..
TEMAN KHUSUS hanya menerima ucapan Happy New Year saya.
1. Firefox / Chrome (Web Browser)
Baik Firefox dan Google Chrome adalah browser yang baik. Keduanya cepat, mudah digunakan dan sangat aman. Jadi, mana yang anda pilih? Kebanyakan orang memiilh Firefox karena banyaknya pilihan fitur tambahan yang dapat digunakan oleh Firefox.

Anda dapat melihat semua fitur Firefox di https://addons.mozilla.org/. Fitur tambahan untuk Google Chrome juga ada, tapi tidak sebanyak Firefox. Lihat artikel ini, 10 Fitur Terbaik untuk Google Chrome.
2. AVG Anti-Virus (Anti-virus Software)
AVG Free Anti-Virus adalah software anti-virus gratis paling populer. Dan juga software paling sering diunduh menurut website Download.com

Download AVG Free: http://free.avg.com/gb-en/homepage
Download AVG Internet Security (Free Trial): www.avg.com/gb-en/download
(Khusus untuk OS Windows)
3. Auslogics Disk Defrag (Disk Defragmenter)
Software ini adalah alat gratis untuk menjaga PC anda yang didesain untuk menyembuhkan kelambatan sistem dan mencegah kerusakan yang disebabkan oleh fragmentasi. Windows sudah menyediakan software ini sendiri tapi Auslogics dapat melakukannya dengan lebih cepat.
Download: www.auslogics.com/en/software/disk-defrag/overview
(Khusus untuk Windows)
4. Advanced SystemCare Free (System Maintenance)
ACS Free menyediakan sebuah cara mudah untuk anda yang awam komputer untuk melakukan pemeliharaan rutin dan melalukan optimalisasi sistem. Semua menjadi satu untuk melindungi, membersihkan, memperbaiki, dan mempercepat PC anda.

10 Fenomena Aneh dan Seram yang Sulit Dijelaskan dengan Akal Sehat

1. Fenomena Hujan Darah di Kerala, India
Antara bulan Juli 25 dan September 23, 2001, dilaporkan bahwa telah turun hujan aneh dengan warna air yang tidak biasa yakni berwarna merah. Kejadian aneh dan mengerikan ini terjadi di bagian selatan negara bagian Kerala India. Orang terkejut dan takut karena seperti terjadi hujan darah yang tercurah deras dari langit. Hujan darah ini terjadi secara sporadic di seluruh wilayah dan ilmuwan bergegas ke tempat kejadian untuk menganalisis komposisinya.
Setelah air hujan itu diteliti, penemuan mengerjutkan di dapat. Bahwa, partikel mikroskopis hadir dalam air, sama dalam yang terdapat pada sel darah manusia. Itu sebabnya air hujan berubah warna menjadi mirip warna darah.
Namun penjelasan itu masih menjadi tanda Tanya besar, apalagi pada saat bersamaan muncul berbagai analisa tentang kejadian aneh itu. Makin bingung ketika muncul lagi teori yang dihubungkan dengan meteorit dan kalelawar. Teori ini menyebutkan, bahwa meteorit, yang telah melanda suasana tak lama sebelum musim hujan mulai, telah bertabrakan dengan sekawanan kelelawar dan menyemprot darah mereka ke atmosfir.
Mungkin teori yang paling ambisius adalah bahwa ilmuwan Godfrey Louis dan Santhosh Kumar dari Universitas Muhatma Gandhi, Karela. Mereka berspekulasi bahwa sel-sel mengkontaminasi berasal dari luar bumi dan bahwa mereka telah dibawa ke Bumi oleh meteorit, mengkonfirmasi teori panspermia. Louis dan Kumar mengatakan, bahwa sel memiliki "sifat yang tidak biasa".

2. Pembakaran Manusia
Fenomena ini sangat langka dan tidak masuk akal, teori ilmiah belum bisa memecahkan misteri kenapa orang tiba tiba bisa terbakar tanpa ada yang membakarnya. Apa penyebabnya, tidak diketahui sampai kini. Anehnya bagian yang terbakar hanya bagian atas saja sementara bagian kaki tidak. Itu sebabnya dalam banyak kasus aneh ini, korban yang tewas ditemukan masih memakai sandal.

3. Fenomena Lampu Aneh
Gemeretak lemari arsip, pipa gas meledak dan penampilan bintang lima dari Charlton Heston dan Lorne Green bukan satu-satunya tanda-tanda bahwa rumah Anda telah terkena gempa bumi. Kesaksian kesaksian dari orang yang selamat dari gempa bumi telah sering terdengar melaporkan adanya kilatan cahaya aneh yang melesat ke atas bergulung-gulung di daerah sekitar episentrum gempa. Fenomena ini terakhir terjadi di kawasan Cina kuno juga di Lincolnshire, Inggris, di mana orang mengaku melihat lampu aneh dan bola bola cahaya yang terbang ringan.
Para ilmuwan telah berteori bahwa lampu ini merupakan hasil dari geo-pendaran, sebuah fenomena di mana sebenarnya batuan menghasilkan cahaya ketika dihadapkan pada tekanan ekstrem, dan bahwa meringankan adalah hasil dari gesekan geologi.

4. Ball Lightning Ball Lightning
Fenomena listrik aneh berbentuk lingkaran ini biasanya terjadi selama badai dan berlangsung hingga tiga puluh detik. Aneh dan mengerikan. Kadang menyambar, mendesis desis merambat di dinding bangunan, mengeluarkan suara-suara mengerikan. Pada masa lalu, orang kerap menghubungkan fenomena ini dengan kehadiran makhluk asing atau hantu. Banya orang telah membuat laporan tentang adanya fenomena kilat berbentuk bola ini, termasuk Benjamin Franklin, namun sejauh ini tidak ada penjelasan yang memadai tentang fenomena itu.
Namun dengan kemajuan teknologi, adanya teknologi photo juga video, membuat para ilmuwan menaruh perhatian serius tentang fenomena kilat berbentuk bulat ini. Mereka pun mencoba mencari penjelasan tentang fenomena ini.

5. Saint Elmo's Fire
Saint Elmo's Fire digambarkan oleh para ilmuwan sebagai fenomena plasma. St Elmo adalah kebakaran disebabkan oleh ionisasi di atmosfer. Nama petir itu Saint Elmo -yakni santo pelindung para pelaut-karena pada awalnya fenomena itu muncul di atas geladak kapal, khususnya pada saat badai. Warnanya, biru, hijau.

6. Fenomena Makhluk Penghisap Darah Ternak
Kisah ini muncul karena adanya ratusan ternak ditemukan tewas dalam keadaan terpotong-potong (mutilasi) di kawasan Amerika Selatan. Lalu muncul dugaan yang masih bersifat rumors bahwa penyebabnya adalah makhluk asing yang disebut chupacabras. Dalam decade terakhir, kasus ini mucul lagi, di antaranya di Brasil di mana ratusan ternak ditemukan tercabik-cabik. Yang unik dan menyeramkan, pada ternak yang sudah termutilasi itu hanya ditemukan sedikit darah. Sepertinya sebagian besar darah ternak ini telah dihisap oleh mahkluk aneh itu. Mirip seperti Dracula. Tanda tanda lainnya, adalah rahang, lidah dan anus yang hilang. Tanda tanda ini sama dengan kasus mutilasi ternak di Amerika.
Mitos makhluk penghisap darah ini muncul pertama kali di Puerto Rico tahun 1970-an. Ketika itu dilaporkan banyak kambing dan domba mati dengan darah yang habis terhisap. Memang pada awal kemunculan kasus ini, sasaran makhluk itu adalah kambing dan domba. Namun pada dua decade berikutnya, muncul kasus baru di Meksiko, di mana yang diserang bukan hanya kambing dan domba, tapi juga ternak lainnya.
Ada sejumlah teori yang menjelaskan kemunculan makhluk mengerikan ini di Amerika Selatan. Penjelasan yang paling logis adalah bahwa mereka adalah spesies asli Amazon dan bahwa deforestasi telah memaksa mereka untuk meninggalkan hutan hujan untuk pertama kalinya dalam mencari makan. Namun muncul juga cerita cerita lain yang berkembang dan juga dipercayai sebagian orang, yakni mahluk itu berasal dari luar bumi karena faktanya hampir kerap bahwa serangan pada kambing muncul bertepatan dengan diberitakannya penampakan UFO.
Macam-macam penjelasan tentang mahkluk penghisap darah itu yang sampai sekarang masih menjadi sumber perdebatan. Banyak yang mengatakan bahwa binatang pemangsa itu boleh jadi juga yang memutilasi mutilasi ternak atau ada juga yang menduga itu merupakan hasil eksperimen tersembunyi pemerintah. Sampai kini masalah mahluk pemangsa ini masih menjadi tanda Tanya dan misteri.

7. Penculikan Oleh Alien
Penampakan UFO begitu bervariasi, dengan deskripsi yang kebanyakan menentang logika manusia. Kisah menakjubkan, individu asing melakukan penculikan. Tampaknya di sini menunjukkan bahwa imajinatif aktif lebih banyak bekerja di sini. Cerita-cerita bahwa penculikan terhadap pria-wanita untuk perkembangbiakan makhluk asing, atau begitu banyak orang yang mengklaim telah diculik oleh mahluk asing dan dijanin telah tertanam janin asing.
Teori mapan yang bisa menjelaskan hal itu adalah adanya medan elektromagnetik yang kuat, mungkin terjadi secara alami, dapat menyebabkan seseorang merasa terserang secara bersamaan di dekatnya ada peralatan listrik yang terganggu oleh medan magnetic sehingga peralatan listrik (seperti mobil radio) tidak berfungsi. Orang kemudian melihat kilatan cahaya sebelum pingsan. Terbangun dari pengalaman seperti itu, kata "alien", pasti akan menjadi yang pertama di bibir Anda.
Sekarang, mari kita lihat kisah penculikan asing (dokumenter) di bawah ini.
Video: The Fourth Kind
Video ini didasarkan pada kisah nyata tentang penculikan alien yang terjadi di Nome, Alaska, di mana jumlah penduduknya sangat sedikit. Ketika itu dilaporkan, penduduknya satu demi satu hilang setiap tahunnya. Kamu harus lihat video ini!

8. The Taos Hum, Misteri Dengungan Aneh
Penduduk di kota Taos, New Mexico, telah lama bingung dengan fenomena aneh yang terjadi di daerahnya yakni, munculnya suara dengungan yang seolah datang dari jauh, mirip suara mesin diesel yang menyala. Namun sumber suara itu sampai kini tidak ditemukan.
Anehnya suara ini tidak semua bisa mendengar, hanya pernah didengar oleh sekitar setengah dari penduduk. Mereka yang pernah mendengar pernah mengunjungi para ilmuwan untuk meminta penjelasan tentang fenomena ini. Penelitian yang dilakukan telah gagal. Bahkan pendeteksian suara dengan menggunakan peralatan audio canggih pun tidak berhasil. Kasus di Taos ini hampir serupa dengan di Hawaii. Tentang Hum di Hawaii, orang berspekulasi itu menunjukkan aktivitas gunung api di daerah itu.

9. Foo Fighters yang Misterius
Sebelum fenomena piring terbang menggila pada tahun 1950-an, fenomena aneh lain yang menjadi subyek perdebatan besar bagi pilot angkatan udara AS pada Perang Dunia II adalah adanya bola cahaya aneh yang terbang di atas wilayah udara Jerman dan Samudera Pasifik dengan kecepatan tinggi, yang menyebabkan frustrasi bagi kedua Sekutu dan pilot Axis. Keduanya yakin bahwa "bola api" itu adalah jenis percobaan pesawat terbang musuh (foo fighter).
Angkatan udara Amerika Serikat menjadi semakin khawatir melihat betapa mudah pejuang foo bisa mengatasi manuver pesawat mereka sendiri. Meskipun tidak pernah terlibat dalam pertempuran dengan pesawat tempur foo, dipandang sebagai gangguan bagi cara mereka akan 'menari' di sekitar dan terbang dalam formasi rapat dengan pesawat AS.
Banyak pilot merasa bahwa foo figaahter menggoda mereka dengan cara tertentu. Nama pesawat tempur foo berasal dari keyakinan bahwa Jepang bertanggung jawab untuk kecepatan tinggi ini mengejek, meskipun penampakan berlanjut setelah konflik berakhir. Cylindrical and disc shaped craft were also reported in the skies over Europe. Cakram berbentuk silindris juga dilaporkan di langit di atas Eropa.

10. Perjalanan Menembus Waktu
Artefak kuno berasal dari 10,000 BC telah ditemukan yang menunjukkan gambar laki-laki asing yang mengenakan seperti pakaian ruang angkasa. Makhluk itu aneh dalam artefak itu mengenakan pakaian transparan dengan peralatan sejenis helm di kepalanya. Apakah itu senjata atau sejenis alat.
Siapa pun orang-orang yang tergambar dalam artefak ini, sedang atau akan, mereka tampaknya telah tergambar sejak zaman kuno oleh manusia manusia yang hidup pada masa itu. Muncul juga lukisan lukisan gua, Hieroglip Mesir. Yang lebih mencengangkan adanya artefak kuno dari Mesir yang mengambarkan piring terbang, pesawat dan helicopter. Ini membuat para arkeolog bingung. Apakah ini nubuat, bahwa suatu ketika nanti kita akan berhubungan dengan makhluk asing luar bumi (non manusia) atau suatu hari nanti kita akan mengembangkan kemampuan kita sehingga dapat melakukan perjalanan menembus waktu?

Iyamutoha (Refleksi terhadap Sebuah Nama)

Iyamutoha (Refleksi terhadap Sebuah Nama)
"Apa artinya ntu nama ta dinda..?" secara singkat seorang teman bertanya kepada saya.

"yang mananya kanda..?" tanya balikku untuk memperjelas .

"ntu nama iyamutoha, dinda..?" jawabnya segera.

"itu bahasa bugis yang mirip bahasa jepang, kanda" jawabku guyon.

"npa pake nama mirip jepang ko, na tida' ada muka2 mu mirip jepang" ejeknya.

"justru karena tdk ada miripnya mukaku dengan muka orang jepang, makanya saya kasi mirip nama ku saja, padahal bugis asli tonji, hehe..." elak ku.

"apa sih artinya?" desaknya.

"iyamutoha=saya tonji, kanda" jawabku dengan dialek Makassar tulen.

"npa bede pilih nama itu..?" masih dengan nada penasarannya bertanya.

"apa perlu saya ubah itu nama kanda, kalau memang kita tidak sukai..??" tawaranku nantang.

"akh, tidak dinda, saya hanya penasaran dengan nama itu..." katanya.

"ada alasan filosofisnya, kanda. Nanti kapan2 kalo ketemuki, qta crita2 lah...!!" ajakku santai

"oke lah kalo begitu, dinda. Saya tunggu ki dimakassar...!!" pesannya.

(lokasi diskusi melalui faacebook: warkop bHogeL_net kota lawawoi, 11 Agustus 2008, sekitar pukul 13.30-15.00 Wita)



Seperti itulah penggalan diskusi singkat saya dengan seorang teman di salah satu jejaring sosial (baca: facebook) sekaligus kakak kelasku dulu waktu masih kuliah yang membuat saya mencoba mengungkapkan makna iyamutoha (tentu menurut yang saya pahami) dalam sebuah tulisan singkat ini.



Apabila iyamutoha dibaca oleh orang yang tidak paham bahasa bugis, maka nama tersebut mungkin disangkanya bahwa salah satu kata dalam bahasa Jepang. Tetapi bila yang membacanya adalah orang bugis dan atau yang paham bahasa bugis, maka dengan mudah dapat dipahami bahwa nama tersebut adalah 100% bugis tulen.



Kata iyamutoha berasal dari bahasa bugis yang bisa bermakna saya sendiri, aku pribadi (baca: aku). Iyamutoha juga dapat diartikan dengan "itu juga" atau dalam bahasa Indonesia dengan dialek Makassar biasa dikenal dengan istilah "saya tonji" atau "itu ji juga". (tanyaku dalam hati: "adakah bahasa Indonesiadialek Makassar....??? hehe")



Saya menggunakan kata iyamutoha (baca: iyamutoha uchu) sebagai nama panggilan akrab di beberapa jejaring sosial (salah satunya facebook) terinspirasi dari salah satu filosofi bugis yang berbunyi "dua temmallaiseng, tellu temmassarang" (artinya "dua tidak berbeda, tiga tidak terpisahkan). Kalimat "dua temmalaiseng, tellu temmassarang" itulah yang menyatu pada iyamutoha. Iyamutoha sangat popular dengan istilah two in one (2 in 1) dan atau three in one (3 in 1) dalam bahasa iklan berbagai produk yang biasa ditayangkan di televisi.



Konon ceritanya, filosofi kalimat "dua temmassarang, tellu temmallaiseng" adalah sebuah ungkapan dari upaya para panrita bugis (baca: orang yang dianggap memiliki pengetahuan yang mendalam tentang hakikat ajaran Islam) untuk memahami realitas Tuhan sebagai pencipta dan manusia sebagai ciptaan. Bahwa relitas manusia bukanlah suatu realitas yang terpisah dan berbeda dengan realitas Tuhan. Meski terdapat perbedaan penafsiran di antara para panrita bugis terhadap filosofi tersebut, namun bagi sebagian orang telah memahaminya sebagai sebuah keyakinan yang sulit untuk digoyahkan karena diperoleh berdasarkan pengalaman rohani mereka.



Iyamutoha mengisyaratkan kesatuan wujud. Satu yang tak berbilang dan satu bukan angka. Satu adalah tunggal atau esa. Frase "dua temmallaiseng" dalam tafsir keyakinan menganggap bahwa antara Tuhan dan manusia bukanlah dua wujud yang berbeda. Bahwa manusia secara fitrah, memiliki potensi dasar untuk mencerap sifat keTuhanan, meski dalam perkembangan kehidupannya, sebagian dari mereka mengabaikan potensi dasar tersebut. Sedangkan frase "tellu temmassarang" dalam kalimat tersebut mengisyaratkan bahwa Tuhan tak pernah terpisahkan dengan hambaNya. Sebagaimanatak terpisahnya antara yang memiliki nama dan nama itu sendiri.

Meskipun demikian, kita mampu mengenali bahwa ada sang pemilik nama dan namanya tersebut.



Iyamutoha secara filosofis menunjukkan keesaan wujud (keberadaan) dan itu yang sangat sejalan dengan konsep Tauhid yang pernah dibawakan oleh Rasulullah SAW. Sebagaimana firman Allah dalam Surah Thaha ayat 14 yang artinya: "inilah iyamutoha (baca: AKU) ALLAH, Tiada Tuhan selain iyamutoha, maka mengabdilah kepada iyamutoha dan dirikanlah shalat untuk mengingat iyamutoha".



Tulisan ini tidaklah membahas secara rinci tentang filosofi tersebut, selain karena keterbatasan referensi yang saya miliki tentang hal itu, juga karena sampai saat ini saya belum yakin atas kebenaran pemahaman saya tentang filosofi tersebut. Mudah-mudahan suatu saat nanti, akan ada tulisan yang bisa membahasnya secara mendetail tentang filosofi tersebut. Pembahasan singkat tentang filosofi tersebut sekedar pengantar bahwa nama iyamutoha uchu terinspirasi dari filosofi bugis tersebut.



Sebagaimana lazimnya sebuah nama yang mengandung harapan dandoa dari nama tersebut, demikian halnya dengan nama iyamutoha (iyamutoha uchu, red). Selain itu, penggunaan nama iyamutoha tersebut dimaksudkan sebagai sebuah bentuk upaya menggali nilai-nilai kearifan lokal masyarakat bugis. Akhirnya, perkenankan saya mengakhiri tulisan ini dengan harapan dan doa sebgaimana harapan dan doa pada nama iyamutoha uchu tersebut:



"Semoga cinta dan kasih sayang yang ada pada Allah SWT, iyamutoha (baca: itu juga) yang ada pada diri Muammad Yusuf kini dan seluruh makhluk pada umumnya. Semoga kesempurnaan iman dan akhlak yang ada pada diri Rasulullah Muhammad SAW, iyamutoha yang ada pada diri Muhammad Yusuf hari ini dan semua ummat manusia dibumi ini. Semoga kesabaran yang ada pada diri Nabi Yusuf As, iyamutoha yang ada pada Muhammad Yusuf saat ini dan juga kepada mereka baik yang sempat membaca maupun yang belum sempat membaca tulisan ini. Semoga kedalaman ilmu yang ada pada diri Ali ibnu AbiThalib Karrammalhu Wajha, iyamutoha yang ada pada Muhammad Yusuf dan kita sekalian. Semoga kearifan yang ada pada semua kekasih-kekasih Allah dari awal sampai akhir zaman, iyamutoha yang ada pada diri saya dan anda semuanya. Semoga ketulusan hati yangada pada diri pembaca sekalian, iyamutoha yang ada pada penulis tulisan ini. Aminya Allah ya Robbal Alamiinnn..........!!!!"



Sekian dan salam damai di hati selalu

TEORI-TEORI YANG MEMPENGARUHI MODEL KEBIDANAN

TEORI-TEORI YANG MEMPENGARUHI MODEL KEBIDANAN
Januari 21, 2009 at 5:52 pm (Uncategorized)

2.1 Teori Reva Rubin
Menekan pada pencapaian peran sebagai ibu, untuk mencapai peran ini seorang wanita memerlukan proses belajar melalui serangkaian aktivitas atau latihan. Dengan demikian, seorang wanita terutama calon ibu dapat mempelajari peran yang akan di alaminya kelak sehingga ia mampu beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang terjadi khususnya perubahan psikologis dalam kehamilan dan setelah persalinan.
Menurut Reva Rubin, seorang wanita sejak hamil sudah memiliki harapan-harapan antara lain:
a. kesejahteraan ibu dan bayi
b. penerimaan dari masyarakat
c. penentuan identitas diri
d. mengetahui tentang arti memberi dan menerima
perubahan umum pada perempuan hamil:
•ketergantungan dan butuh perhatian
•membutuhkan sosialisasi
Tahap_tahap psikologis yang biasa dilalui oleh calon ibu dalam mencapai peran nya:
a. anticipatory stage
seorang ibu mulai melakukan latihan peran dan memerlukan interaksi dengan anak yang lain.
b. honeymoon stage
ibu mulai memahami sepenuhnya peran dasar yang dijalaninya. Pada tahap ini ibu memerlukan bantuan dari anggota keluarga yang lain.
c. Plateu stage
Ibu akan mencoba apakah ia mampu berperan sebagai seorang ibu. Pada tahap ini ibu memerlukan waktu beberapa minggu sampai ibu kemudian melanjutkan sendiri.
d. Disengagement
Merupakan tahap penyelesain latihan peran sudah berakhir.
Aspek-aspek yang diidentifikasi dalam peran ibu adalah gambaran tentang idaman, gambaran diri dan tubuh. Gambaran diri seorang wanita adalah pandangan wanita tentang dirinya sendiri sebagai bagian dari pengalaman dirinya, sedangkan gambaran tubuh adalah berhubungan dengan perubahan fisik yang tejadi selama kehamilan.
Arti dan efek kehamilan pada pasangan.
1. pasangan merasakan perubahan tubuh pasanganya pada kehamilan 8 (delapan) bulan sampai dengan 3(tiga) bulan setelah melahirkan.
2. lelaki juga mengalami perubahan fisik dan psikososial selama wanita hamil.
3. anak-anak akan di lahirkan merupakan gabungan dari tiga macam perbedaan:
a. hubungan ibu dengan pasangan
b. hubungan ibu dengan janin yang berkembang
c. hubungan ibu dengan individu yang unik
4. ibu tidk pernah lagi menjadi sendiri
5. tugas yang harus di lakukan ibu atau pasangan dalam kehamilan:
a. percaya bahwa ia hamil dan berhubungan dengan janin dalam satu tubuh
b. persiapan terhadap pemisahan secara fisik pada kelahiran janin
c. penyelesaiaan dan identifikasi kebinggungan dengan peran transisi.
6. reaksi yang umum pada kehamilan:
a. Trimester satu:ambivalen, takut, tantasi, khawatir.
b. Trimester dua: parasaan enak metykebutuhan untuk mempelajari perkembangan dan pertumbuhan janin menjadi narsistik, pasif, introvent, egosentrik dan self centered.
c. Trimester tiga: berperasaan aneh, semberono, jelek, menjadi introvert, merefleksikan terhadap pengalaman masa kecil.
Aspek yang di identifikasi dalam peran ibu:
a. gambaran tentang idaman bayi sehat.
b. gambaran tentang diri memandang tentang pengalaman yang dia lakukan.
c. gambaran tubuh, gambaran ketika hamil dan setelah nifas.
Beberapa tahapan aktifitas penting sebelim seseorang menjadi seorang ibu.
1. Taking on (tahapan meniru)
Seorang wanita dalam pencapaiaan sebagai ibu akan memulainya dengan meniru dan melakukan peran seorang ibu.
1. Taking in
Seorang wanita sedang membayangkan peran yang dilakukannya . introjektion, projection dan rejection merupakan tahap di mana wanita membedakan model-model yang sesuai dengan keinginannya.
1. Letting go
Wanita mengingat kembali proses dan aktifitas yang sudah di lakukannya. Pada tahap ini seorang akan meninggalkan perannya di masa lalu.
Adaptasi psikososial pada masa post partum:
Keberhasilan masa transisi menjadi orang tua pada masa post partum di pengaruhi oleh:
a.
a. respon dan dukungan dari keluarga
b. hubungan antara melahirkan dengan harapan-harapan
c. pengalaman melahirkan dam membesarkan anak yang lalu
d. budaya
Reva rubin mengklasifikasikan tahapan ini menjadi tiga tahap yaitu:
a. periode taking in (hari pertama hingga kedua setelah melahirkan)
1. ibu masih pasif dan tergantung pada orang lain
2. perhatian ibu tertuju pada ke khawatiran pada perubahan tubuhnya
3. ibu akan mengulangi pengalaman-pengalaman ketika melahirakan
4. memerlikan ketenangan dalam tidur untuk mengembalikan keadaan tubuh kekondisi normal
5. nafsu makan ibu biasanya bertambah sehingga membutuhkan peningkatan nutrisi. Kurangnya nafsu makan menandakan proses pengembalian kondisi tubuh tidak berlangsung normal.
b. periode taking hold (hari kedua hingga ke empat setelah melahirkan)
1. ibu memperhatikan kemampuan menjadi orang tua dan meningkatkan tanggung jawab akan bayinya
2. ibu memfokuskan perhatian pada pengontrolan fungsi tubuh, BAK, BAB dan daya tahan tubuh
3. ibu cenderung terbuka menerima nasihat bidan dan kritikan pribadi
4. ibu berusaha untuk menguasai keterampilan merawat bayi seperti menggendong, menyusui, memandikan dan mengganti popok
5. kemungkinan ibu mengalami depresi postpartum karena merasa tidak mampu membesarkan bayinya
c. periode letting go
1. terjadi setelah ibu pulang ke rumah dan di pengaruhi oleh dukungan serta perhatian keluarga
2. ibu sudah mengambil tanggung jawab dalam merawat bayi dan memahami kebutuhan bayi sehingga akan mengurangi hak ibu dalam kebebasan dan hubungan social
2.2 Teori Ramona Marcer
Teori ini lebih menekan pada stress antepartum (sebelum melahirkan) dalam pencapaiaan peran ibu, marcer membagi teorinya menjadi dua pokok bahasan:
a. Efek stress Anterpartum
stress Anterpartum adalah komplikasi dari resiko kehamilan dan pengalaman negative dari hidup seorang wanita, tuuan asuhan yang di berikan adalah : memberikan dukungan selama hamil untuk mengurangi ketidak percayaan ibu.
Penilitian mercer menunjukkan ada enam faktor yang berhubungan dengan status kesehatan ibu, yaitu:
1. Hubungan Interpersonal
2. Peran keluarga
3. Stress anterpartum
4. Dukungan social
5. Rasa percaya diri
6. Penguasaan rasa takut, ragu dan depresi
Maternal role menurut mercer adalah bagai mana seorang ibu mendapatkan identitas baru yang membutuhkan pemikiran dan penjabaran yang lengkap dengan dirinya sendiri.
b. Pencapaian peran ibu
Peran ibu dapat di capai bila ibu menjadi dekat dengan bayinya termasuk mengekspresikan kepuasan dan penghargaan peran, lebih lanjut mercer menyebutkan tentang stress anterpartum terhadap fungsi keluarga, baik yang positif ataupun yang negative. Bila fungsi keluarganya positif maka ibu hamil dapat mengatasi stress anterpartum, stress anterpartum karena resiko kehamilan dapat mempengaruhi persepsi terhadap status kesehatan, dengan dukungan keluarga dan bidan maka ibu dapat mengurangi atau mengatasi stress anterpartum.
Perubahan yang terjadi pada ibu hamil selama masa kehamilan (Trisemester I, II dan III) merupakan hal yang fisiologis sesuai dengan filosofi asuhan kebidanan bahwa menarche, kehamilan, nifas, dan monopouse merupakan hal yang fisiologis.
Perubahan yang di alami oleh ibu, selama kehamilan terkadang dapat menimbulkan stress anterpartum, sehingga bidan harus memberikan asuhan kepada ibu hamil agar ibu dapat menjalani kehamilannya secara fisiologis (normal), perubahan yang di alami oleh ibu hamil antara lain adalah:
a. Ibu cenderung lebih tergantung dan lebih memerlukan perhatian sehingga dapat berperan sebagai calon ibu dan dapat memperhatikan perkembangan bayinya.
b. ibu memerlukan sosialisasi
c. ibu cenderung merasa khawatir terhadap perubahan yang terjadi
pada tubuhnya
d. Ibu memasuki masa transisi yaitu dari masa menerima kehamilan kehamilan ke masa menyiapkan kelahiran dan menerima bayinya.
Empat tahapan dalam melaksanakan peran ibu menuru Mercer:
a. Anticipatory
Saat sebelum wanita menjadi ibu, di mana wanita mulai melakukan penyesuaian social dan psikologis dengan mempelajri segala sesuatuyang di butuhkan untuk menjadi seorang ibu.
b. Formal
Wanita memasuki peran ibu yang sebenarnya, bimbingan peran di butuhkan sesuai dengan kondisi system social
c. Informal
Di mana wanita telam mampu menemukan jalan yang unik dalam melaksanakan perannya
d. Personal
merupakan peran terakhir, di mana wanita telah mahir melakukan perannya sebagai ibu.
Sebagai bahan perbandingan, Reva Rubin menyebutkan peran ibu telah di mulai sejak ibu menginjak kehamilan pada masa 6 bulan setelah melahirkan, tetapi menurut Mercer mulainya peran ibu adalah setelah bayi bayi lahir 3-7 bulan setelah dilahirkan.
Wanita dalam menjalankan peran ibu di pengaruhi oleh faktor –faktor sebagai berikut:
a. Faktor ibu
1. Umur ibu pada saat melahirkan
2. Persepsi ibu pada saat melahirkan pertama kali
3. Stress social
4. Memisahkan ibu pada anaknya secepatnya
5. Dukungan social
6. Konsep diri
7. Sifat pribadi
8. Sikap terhadap membesarkan anak
9. Status kesehatan ibu.
b. Faktor bayi
1. Temperament
2. Kesehatan bayi
c. Faktor-faktor lainnya
1. Latar belakang etnik
2. Status pekawinan
3. Status ekonomi
Dari faktor social support, mercer mengidentifikasikan adanya empat factor pendukung:
a. Emotional support
Yaitu perasaan mencintai, penuh perhatian, percaya dan mengerti.
b. Informational support
Memberikan informasi yang sesuai dengan kebutuhan ibu sehingga dapat membantu ibu untuk menolong dirinya sendiri
c. Physical support
Misalnya dengan membantu merwat bayi dan memberikan tambahan dana
d. Appraisal support
Ini memungkinkan indifidu mampu mengevaluasi dirinya sendiri dan pencapaiaan peran ibu
Mercer menegaskan bahwa umur, tingkat pendidikan, ras, status perkawinan, status ekonomi dan konsep diri adalah faktor-faktor yang sangat berpengaruh dalam pencapaiaan peran ibu. Peran bidan yang di harapkanoleh mercer dalam teorinya adalah membantu wanita dalam melaksanakan tugas dan adaptsi peran dan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaiaan peran ini dan kontribusi dari stress antepartum.
2.4 Teori Ernestine Wiedenbach
a. The agent : mid wife
Filosofi yang di kemukakan adalah tentang kebutuhan ibu dan bayi yang segera untuk mengembangkan kebutuhan yang lebih luas yaitu kebutuhan untuk persipan menjadi orang tua.
b. The recipient
Meliputi : wanita, keluarga dan masyarakat. Recipient menurut Widenbach adalah individu yang mampu menetukan kebutuhannya akan bantuan.
c. The Goal / purpose
Di sesuaikan dengan kebutuhan masing-masing individu dengan memperhatikan tingkah laku fisik, emosional atau fisioogikal
d. The Means
Metode untuk mencapai tujuan asuhan kebidanan ada empat tahapan yaitu:
1. Identifikasi kebutuhan klient, memerlukan keterampilan dan ide
2. Memberikan dukungan dalam mencapai pertolongan yang di butuhkan (ministration)
3. Memberikan bantuan sesuai kebutuhan (validation)
4. Mengkoordinasi tenaga yang ada untuk memberikan bantuan (coordination)
5. The frame work meliputi lingkungan sosial, organisasi dan profesi.

materi kuliah

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan sebuah ilmu sangat ditentukan oleh kemampuannya menjawab berbagai masalah-masalah sosial dan alam yang menjadi bidang garapannya. Semakin fungsional sebuah ilmu- dalam arti mampu menjalankan sekurang-kurangnya lima fungsi utama ilmu – akan semakin banyak pendukungnya. Hal tersebut pada gilirannya akan mendorong semakin banyak orang yang mempelajari dan menghasilkan teori maupun konsep baru. Sebaliknya, apabila sebuah ilmu tidak fungsional dalam menjawab kebutuhan masyarakat, maka ilmu tersebut akan ditinggalkan oleh masyarakat dan akhirnya akan mati.
Kemampuan suatu ilmu untuk menjawab berbagai kebutuhan masyarakat akan sangat tergantung pada epistemologinya, karena salah satu hal yang membedakan antara ilmu satu dengan ilmu lainnya adalah dari segi metodologinya
Demikian juga halnya dengan Ilmu Pemerintahan. Dari berbagai literature dapat lihat bahwa bahwa pemerintahan disamping sebagai sebuah pengetahuan (knowledge) adalah sekaligus juga meruapakan sebuah kemahiran (know-how). Karena itu Ilmu Pemerintahan diharapkan dapat menjawab berbagai tantangan dalam kehidupan manusia, termasuk dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia dewasa ini.
Gelombang perubahan yang melanda Indonesia pasca jatuhnya pemerintahan orde baru, membuka wacana dan gerakan baru diseluruh aspek kehidupan masyarakat, tak terkecuali dalam dunia pemerintahan. Semangat yang menyala-nyala untuk melakukan reformasi, bahkan cennderung melahirkan euphoria, memberikan energi yang luar biasa bagi bangkintya kembali wacana otonomi daerah, setelah hampir sepertiga abad ditenggelamkan oleh rezim otoritarian orde baru dengan politik stick and carrot-nya (Sri Budi Santoso : 2000). Salah satu unsur reformasi total itu adalah tuntutan pemberian otonomi yang luas kepada daerah kabupaten dan kota. Marsdiasmo (1999), menyatakan bahwa tuntutan seperti itu adalah wajar, paling tidak untuk dua alasan. Pertama, intervensi pemerintah pusat yang terlalu besar di masa yang lalu telah menimbulkan masalah rendahnya kapabilitas dan efektivitas pemerintah daerah dalam mendorong proses pembangunan dan kehidupan demokrasi di daerah , Kedua, tuntutan pemberian otonomi itu juga muncul sebagai jawaban untuk memasuki era new game yang membawa new rules pada semua aspek kehidupan manusia di masa akan datang.
Dalam sejarah perkembangannya kebijakan otonomi daerah di Indonesia mengikuti pola seperti pada bandul jam yaitu beredar antara sangat sentralistik dan sangat desentarlistik. Apabila kebijakan yang dilaksanakan sangat sentralistik maka bandulnya akan ditarik kembali kepada arah titik keseimbanganm desentralistik demikian pula sebaliknya. Hal ini dapat dilihat dengan mengikuti perkembangan pelaksanaan otonomi daerah melalui peraturan perundang-undangan yang mengaturnya mulai dari UU nomor 1 tahun 1945 sampai dengan UU Nomor 22 tahun 1999.
Otonomi Daerah di Indonesia dilaksanakan dalam rangka desentralisasi di bidang pemerintahan. Desentralisasi itu sendiri setidak-tidaknya mempunyai tiga tujuan. Pertama, tujuan politik, yakni demokratisasi kehidupan berbangsa dan bernegara pada tataran infrastruktur dan suprastruktur politik. Kedua, tujuan administrasi, yakni efektivitas dan efisiensi proses-proses administrasi pemerintahan sehingga pelayanan kepada masyarakat menjadi lebih cepat, tepat, transparan serta murah. Ketiga, tujuan social ekonomi, yakni meningkatnya taraf kesejahteraan masyarakat.
Dalam malakah ini mencoba untuk membahas sejarah perkembangan pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia sejak awal kemerdekaan sampai dengan era reformasi sekarang ini dengan melihat oelaksanaan undang-undang otonomi daearh dalam era tersebut. untuk dapat membedakan pelaksanaan otonomi daerah pada masing-masing undang-undang maka kami akan mengakajinya dari sudut sisitem yang digunakan. Kemudian untuk memudahkan pemahamannya maka dalam penulisan makalah ini kami membaginya menjadi dua bagian. Pada bagian pertama kami akan mengakaji tentang system otonomi daerah. Sedangkan pada bagian kedua mengkaji tentang perkembangan system yang digunakan pada masing-masing Undang-Undang otoniomi daerah yang pernah digunakan sepanjang sejarah Republik Indonesia

B. Tujuan Penyusunan Makalah
Adapun tujuan penulis makalah tentang sistem pemerintahan daerah adalah Untuk mengetahui tujuan umum dari otonomi daerah itu sendiri dan sistem pemerintahan yang berlaku di dalamnya.
C. Rumusan Masalah
Dari latar belakang permasalahan diatas penyusun bisa merumuskan hal-hal yang dibahasa dalam makalah ini. Adapun rumusan masalah adalah sebagai berikut :
a) Pengertian otonomi daerah
b) Otonomi daerah dan desentralisasi
c) Visi otonomi daerah
d) Konsep dasar otonomi daerah
e) Otonomi daerah menjadi pilihan, setelah orde lama dan orde baru
f) Bahaya di balik otonomi daerah









BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Otonomi Daerah
Otonomi Daerah dapat diartikan sebagai hak, wewenang, dan kewajiban yang diberikan kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka pelayanan terhadap masyarakat dan pelaksanaan pembangunan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Sedangkan yang dimaksud dengan daerah otonom adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat.
B. Otonomi Daerah Dan Desentralisasi
Istilah otonomi daerah dan desentralisasi dalam konteks bahasan system penyelenggaraan pemerintahan sering digunakan secara aduk.
1. Desentralisasi pada dasarnya mempersoalkan pembagian kewenangan kepada organ-organ penyelenggara Negara, sedangakan otonomi menyangkut hak yang mengikuti pembagian wewenang tersebut.
2. Otonomi dalam arti sempit dapat diartikan mandiri sedangkan dalam makna luas sebagai berdaya. Jadi otonomi daerah berarti kemandirian suatu daerah dalam kaitan pembuatan dan pengambilan keputusan mengenai kepentingan daerahnya sendiri.
C. Visi Otonomi Daerah
1. Politik: Harus dipahami sebagai sebuah proses untuk membuka ruang bagi lahirnya Kepala Pemerintahan Daerah yang dipilh secara demokratis, memungkinkan berlangsungnya penyelenggaraan pemerintahan yang responsife;
2. Ekonomi: Terbukanya peluang bagi pemerintah di daerah mengembangkan kebijakan regional dan local untuk mengoptimalkan lpendayagunaan potensi;
3. Sosial: Menciptkan kemampuan masyarakat untukmerespon dinamika kehidupan di sekitarnya.
D. Konsep Dasar Otonomi Daerah
1. Penyerahan sebanyak mungkin kewenangan pemerintahan dalam hubungan domestik kepada daerah;
2. Penguatan peran DPRD sebagai representasi rakyat local dalam pemilihan dan penetapan Kepala Daerah;
3. Pembangunan tradisi politik yang lebih sesuai dengan kultur berkualitas tinggi dngan tingkat akseptabilitas yang tinggi pula;
4. Peningkatan efektifitas fungsi-fungsi pelayanan eksekutif;
5. Peningkatan efisiensi administrasi keungan daerah;
6. Pengaturan pembagian sumber-sumber pendapatan daerah;
7. Pemberian keleluasaan kepala daerah dan optimalisasi upaya pemberdayaan masyarakat.
E. Otonomi Daerah Menjadi Pilihan, Setelah Orde Lama Dan Orde Baru
Ada beberapa alasan mengapa otonomi daerah menjadi pilihan, setelah orde lama dan orde baru pola pemerintahan sentralistik demikian kuatnya. Diantaranya :
1. Pemerintah sentralistik cenderung menempatkan daerah sebagai “ sapi perahan” pemerintah pusat. Mereka lebih banyak dibebani kewajiban-kewajiban untuk menyetorkan segala potensi kekayaan alamnya ke pusat tanpa reserve, disisi lain hak-hak daerah untuk mendapatkan kue bagi pembangunan sering terabaikan.
2. Tradisi sentralistik kekuasaan melahirkan ketimpangan antara pembangunan di pusat dan daerah, sehingga pemicu ketidakadilan dan ketidaksejahteraan di berbagai daerah, terutama yang jauh dari jangkauan pusat. Daerah yang kaya sumber daya alam tak menjamin rakyatnya sejahtera karena sumber kekayaannya disedot oleh pusat. Seperti Aceh yang memiliki potensi gas alam terbesar di dunia, rakyatnya hanya gigit jari ditengah riuhnya eksplorasi gas oleh Exxon Mobile. Rakyat Papua juga merana ditengah gelimpangan emas yang digali Freeport yang hanya meninggalkan jejak berupa kerusakan lingkungan.
3. Pola sentralistik menyebabkan pemerintah pusat sewenang-wenang kepada daerah. Misalnya menerapkan regulasi yang ketat sehingga mematikan kreatifitas daerah dalam membangun. Budaya minta petunjuk ke pusat tertanam kuat sehingga proses pembangunan di daerah berjalan lamban dan kepengurusan kepentingan rakyat terabaikan.
4. Otonomi diharapkan menjadi freedom atas tuntutan beberapa daerah untuk memisahkan diri dari NKRI, sebagai ekspresi ketidakpercayaan pemerintah daerah terhadap pemerintah pusat.
Atas daerah buruknya penerapan sistem pemerintahan sentralistik diatas itulah maka otonomi daerah diharapkan menjadi solusi untuk mengatasi ketimpangan pembangunan antara daerah dan pusat. Namun benarkah otonomi daerah adalah solusi terbaik yang menjamin keadilan dan kesejahteraan rakyat?
F. Bahaya Di Balik Otonomi Daerah
Otonomi daerah bukanlah solusi, melainkan justru menimbulkan masalah baru. Regulasi yang belum mapan karena masih terjadi tarik-menarik kepentingan antara pusat dan daerah, dimana daerah belum seluruhnya mendapat aturan pelaksana dari UU yang ada dan pemerintah yang setengah hati memberi kewenangan kepada daerah, menyebabkan kelemahan dalam penerapan otonomi daerah. Jika hal ini dibiarkan, akan semakin membahayakan bagi kelangsungan hidup rakyat Indonesia. Berikut ini diantara bahaya di balik diterapkannya otonomi daerah:
1. Strategi Demokratisasi
Diterapkannya otonomi daerah di Indonesia sejak era reformasi, tak lepas dari kepentingan asing, yakni sekularisme global. Wacana otonomi daerah (diusung Ryas Rasyid) muncul bersamaan dengan ide federalisme (diusung Amin Rais). Wacana itu mencuat berkat profokasi pihak barat. Para pakar asing menilai bahwa Negara dengan wilayah yang begitu luas dan penduduk yang sangat majemuk, seperti Indonesia haruslah meletakkan federalisme sebagai pilihan untuk mencegah terjadinya konflik kesukuan atau daerah. Namun karena istilah federalisme dikhawatirkan justru memicu berdirinya negara-negara baru di daerah-daerah, maka gagasan otonomi daerahlah yang kemudian lebih popular. Meskipun sudah dijelaskan bahwa federasi dengan otonomi daerah tipis perbedannya.
2. Kapitalisasi Ekonomi
Otonomi daerah juga tak lepas dari kepentingan ekonomi kapitalis global. Di berbagai negeri, kepentingan- kepentingan swasta senantiasa mendorong terjadinya pelimpahan wewenang ke daerah. Semua ini dilakukan untuk mendorong masuknya kepentingan swasta yang nantinya diharapkan bisa memberikan devisa yang banyak bagi kas daerah dan pusat.
Otonomi daerah memungkinkan sebuah provinsi, kabupaten atau kota, menjalin kerjasama internasional secara langsung dengan pihak asing. Misalnya DKI dengan Sydney, Bogor dengan kota Nanning Cina, dan seterusnya. Bahkan pinjaman ke Bank dunia atau lembaga-lembaga donor Internasional lainnya memungkinkan dilakukan. Dengan demikian akan semakin mengokohkan kapitalisasi ekonomi daerah. Sumber daya alam di daerah tidak hanya disedot oleh pusat, bahkan langsung disedot oleh asing atas nama investasi dengan sangat mudah.
3. Ancaman Disintegrasi
Paham pelimpahan wewenang yang luas kepada daerah merupakan politik belah bambu yang telah lama dipupuk sejak zaman penjajahan. Otonomi daerah telah mengkotak-kotakan wilayah menjadi daerah basah dan daerah kering. Pengkavlingan ini semakin mencuatkan ketimpangan pembangunan antara daerah kaya dan daerah miskin. Adanya potensi sumber daya alam di suatu wilayah, juga rawan menimbulkan perebutan dalam menentukan batas wilayah masing-masing. Konflik horizontal sangat mudah tersulut. Di era OTDA tuntutan pemekaran wilayah juga semakin kencang dimana-mana. Pemekaran ini telah menjadikan NKRI terkerat-kerat menjadi wilayah yang berkeping-keping. Satu provinsi pecah menjadi dua-tiga provinsi, satu kabupaten pecah menjadi dua-tiga kabupaten, dan seterusnya. Semakin berkeping-keping NKRI semakin mudah separatisme dan perpecahan terjadi. Dari sinilah bahaya disintegrasi bangsa sangat mungkin terjadi, bahkan peluangnya semakin besar karena melalui otonomi daerah campur tangan asing semakin mudah menelusup hingga ke desa-desa. Melalui OTDA, bantuan-bantuan keuangan bisa langsung menerobos ke kampung-kampung.
4. Rakyat Jadi Sapi Perah
OTDA mendorong pemerintah daerah meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) masing-masing untuk membiayai pembangunannya sendiri, karena dana dari pusat dibatasi. Dengan batas territorial yang semakin menguat, dikejar oleh tuntutan kebutuhan untuk menarik dana bagi kas daerah, daerah tampak seperti over kreatif. Terlebih lagi daerah yang cenderung minim sumber daya alamnya, rakyat di daerah bersangkutan yang harus menanggung resiko. Pemda akhirnya menerapkan retribusi atau pajak dimana-mana sebagai sumber PAD.
5. Mengokohkan KKN Ke Daerah
Pelimpahan wewenang beberapa masalah dari pusat ke daerah hanya memindahkan KKN dari pusat ke daerah. KKN kini terjadi di tingkat elit daerah. OTDA memunculkan raja-raja baru di daerah, khususnya daerah yang memiliki sumber daya alam yang melimpah. Mereka bergelimang harta dari hasil pengelolaan sumber daya alam dan korupsi harta yang semakin tidak terdeteksi oleh pusat atau memang hasil konspirasi dengan pemerintah pusat. Tentu rakyatlah yang menjadi korban.











BAB III
PENUTUP

Dari pembahasan diatas penyusun bisa menarik beberapa kesimpulan tentang sistem pemerintahan otonomi daerah di Indonesia :
1. Otonomi Daerah merupakan wewenang, dan kewajiban yang diberikan kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka pelayanan terhadap masyarakat dan pelaksanaan pembangunan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
2. Daerah Otonom merupakan kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat.
3. UU otonomi daerah yang paling lama digunakan adalah UU nomor 5 tahun 1974 hanya tidak dapat digunakan secara maksimal karena sepanjang 25 tahun usianya belum semua peraturan pelaksanaannya dibuat bahkan termasuk UU tentang perimbangan kekuangan antara pusat dan daerah sampai diganttikan oleh UU Nomor 22 tahun 1999. Keadaan ini pada gilirannya membuka kesempatan pada eksekutif untuk melakukan interpretasi sesuai dengan seleranya.
4. Demikian pula dalam pelaksanaan UU Nomor 22 tahun 1999, belum semua peraturan pelaksanaannya dilengkapi sehingga pelaksanaannya tidak dapat dilakukan secara maksimal dan menimbulkan banyak ekses disana sini. Perbedaanya jika dalam UU nomor 5 tahun 1974 peran eksekutif sangat mendominasi maka dalam UU 22 tahun 1999 peran legislative ditunjukkan dengan cukup signifikan.
















DAFTAR PUSTAKA

Sarundajang,S.H, 1999, Arus balik Kekuasaan Pusat Ke daerah, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta
Soejito, Irawan, 1976, Sejarah Pemerintahan Daerah Di Indonesia jilid 1&2, Pradnya Paramita, Jakarta
Wasistiono, Sadu, 2001, Esensi UU NO.22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Bunga Rampai), Alqaprint, Jatinangor